Sebagai daerah pemekaran baru, maka perumahan pegawai menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Keadaan saat ini benar-benar memprihatinkan. Pegawai dituntut untuk memberikan pelayanan maksimal namun keberadaan mereka seperti rumah tanpa atap. Sebagai daerah yang baru dibuka memang sangat banyak pegawai yang harus didatangkhan dari luar Tambrauw. Banyak pegawai mempertanyakan" bagaimana kami bisa maksimal kalau tempat tinggal saja kami susah" begitu kata salah satu kepala bidang yang namanya enggan untuk dipublikasikan.
Sementara masih banyak pegawai yang harus numpang tinggal di
rumah masyarakat sekitar, namun karena banyaknya pegawai, kapasitas dari barak
pegawai yang disiapkan dan keberadaan rumah masyarakat tidak lagi memungkinkan.
Sebagai contoh banyak guru yang mengabdikan waktu penuhnya di sausapor untuk
mengajar masa depan anak-anak tambrauw justru terlantar. Mereka tidak lagi
mendapatkan penghidupan yang layak.
Kehidupan mereka makin menyedihkan. Jauh dari kata sempurna
atau bahkan sehat sekalipun. Ketika pemerintah nasional mencanangkan tahun 2020
sebagai tahu bebas perumahan kumuh. Justru hal sebaliknya terjadi di tambrauw.
Bukan lagi tinggal di perumahan kumuh tapi mereka malah tinggal di bumi beralaskan
pasir dan rumput beratapkan langit dalam istilah lain mereka mengolongkhan
langit untuk kehidupan mereka berkoloni. Sebuah ironi besar utk program dan
visi besar yang di bangun untuk kemajuan kabupaten sausapor.
tambrauw, Antara Pegawai dan kenyataan betapa susahnya membangun kabupaten baru
BalasHapus